Membekukan Ruang dan Waktu
Wajah langit di kota Tomohon sore itu tampak cerah walau sebentar lagi malam tiba. Beberapa kali terdengar bunyi bising dari jalan raya, terkadang bunyi knalpot sepeda motor, terkadang bunyi soundsystem angkot.
Dari atas bukit inspirasi aku mencoba mengambil foto sunset dengan panorama gunung Lokon. Sungguh indah wajah sunset sore ini. Awan seperti melingkar di tubuh gunung Lokon dengan matahari pada sisi kiri atas, langit menjadi agak kekuningan karena pancaran sinar matahari, sesekali tampak burung-burung yang hendak lewat saja.
Dan sebagai penggemar fotografi, kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Dengan berbekal kamera jenis digital pro merk Pentax, tiga buah lensa berbagai ukuran, tripod, dan eksternal flash yang selalu aku tenteng setiap ada kesempatan. Dan kesempatan kali ini aku sendirian.
Oh ya, namaku Rio. Aku berprofesi sebagai pengusaha (pengangguran untuk sehari saja) heheheee, maksudnya hanya sehari dalam seminggu aku bisa nganggur, yaitu hari minggu. Dan hari itu aku manfaatkan dengan hunting seharian penuh, mencari momen-momen yang cantik untuk ku foto.
Hari yang lain aku gunakan untuk mencari nafkah di dunia maya alias bisnis online, lumayan hasilnya, bisa untuk ditabung dan makan sehari-hari. Sunset dengan panorama gunung Lokon sudah berkali-kali ku jepret, bahkan pada momen yang berbahagia pun aku sempat mengambil foto gunung Lokon yang sedang aktif.
Walau aku lebih gemar mengambil foto dengan objek model, objek alam sangatlah menarik dan menantang bagiku. Buatku setiap momen yang terjadi dialam ini sangat layak menjadi objek foto.
Malam tiba. Perutku terasa sangat lapar. Dari bukit inspirasi aku bergegas mencari makan di pusat kota Tomohon. Ayam lalapan menjadi targetku. Setiba di warung makan, aku langsung memesan nasi ayam lalapan satu porsi, lengkap dengan es jeruk dan kerupuk.
Saat menunggu makanan datang, tiba-tiba seseorang perempuan menepuk pundakku dan menyapa "slamat makang bro..." aku sentak kaget dan berpaling melihat sosok itu. Dan ternyata dia teman kuliahku dulu. Sendy nama perempuan itu.
Dia lalu duduk tepat di depanku. "Eh, Sendy kote, kita kira leh sapa" sambutku kepadanya. Sendy malam itu tampak berpakaian elit dengan mengenakan blazer hitam dan rok hitam selutut. Dandanannya pun tampak cantik walau sepertinya hanya memakai bedak tipis, lipgloss, dan sedikit wangi parfum.
"Makang apa ngana Rio?" tanya Sendy padaku.
"Oh, biasa, ayam lalapan" jawabku.
"Huft, dari dulu ngana ayam lalapan trus" kata Sendy.
"Kong ngana dang?" kataku menanyakan makanan Sendy.
"Bakso tenes" jawabnya.
Tampaknya tak ada yang berubah dari cara bicara Sendy. Perawakannya selalu ceria dan sangat bersahabat. Serasa aku melihat dimensi lama dengan wujud baru.
Dan sepertinya dimensi waktu yang merubah segalanya dari hidup kita membuat aku berpikir bahwa setiap detik itu terjadi perubahan yang bergerak dalam suatu ruang, dan ruang itu menjadi berubah ketika waktu merubah hidup kita.
Sendy secara fisik berubah, namun secara karakter dan sikap dia tetap masih yang dulu. Mungkin pola pikirnya yang berubah.
Kami makan bersama tanpa diskusi panjang, hanya bicara soal perubahan masing-masing saja. Dan aku merasa dibalik banyak perubahan itu, kami masih bisa mengenal karakter masing-masing.
Oh ya, hanya ada satu hal yang tidak berubah dari kami, yaitu sama-sama jomblo, hehehehee. Makan selesai, namun diskusi kami makin berlanjut.
"Rio, rupa so fotografer profesional ini?" tanya Sendy sambil memuji.
"Oh nda, blum lama da blajar kasiang..." kataku sambil mengangkat kamera dan bertingkah mencari-cari objek foto.
"Eh, foto akang dang pa kita..." pinta Sendy dengan tingkah manjanya yang khas plus memegang bahu kananku seakan membuatku tak berani untuk menolak.
"Oke dang, mar cari tampa bagus neh." jawabku.
Tak pelak Sendy pun langsung kegirangan sambil meloncat-loncat dengan memegang pundakku. Wah, pura-pura cari objek foto jadi beneran.
Kami berjalan menuju kios bunga yang berjejer di sepanjang jalan raya Tomohon. Beberapa kali aku mengambil foto Sendy dengan latar belakang pajangan aneka bunga. Sampai pada bermacam posisi tubuh yang dilakukannya.
Bagiku bukan fotonya yang penting, namun yang penting adalah kawan lamaku ini bisa senang dan tentunya bisa menjadikan momen ini spesial baginya. Sekali lagi aku berhasil membekukan momen indah ini.
Hari minggu ini jadi hari minggu yang pertama bagiku berduaan dengan Sendy sepanjang kami saling kenal.