Merenungkan Babak Baru Dalam Hidup
Aku ingin merasakan, ketika suatu babak baru dalam hidupku dimulai dari keguncangan situasi. Dan guncangan itu adalah buatanku sendiri.
Sedangkan babak baru itu adalah tantangan yang menggairahkan hidupku. Masalah demi masalah yang aku buat sendiri ternyata bisa membuka cermin bagiku untuk lebih berbenah diri dan menata kembali idealisme yang tertanam kuat dalam hati dan pikiranku.
Mungkin terlalu berat untuk membawa cermin itu, tapi itu membuatku tahu bahwa kegilaanku semakin parah, bahkan mungkin akan semakin parah jika tidak dicegah perkembangannya.
Bagiku, hari ulang tahun bukanlah hari yang istimewa. Karena aku tidak pernah berharap untuk terlahir dalam dunia ini. Namun aku bersyukur bisa ada di dunia, menjadi manusia, mengenal Tuhan, dan berinteraksi dengan sesama ciptaan di dunia.
Ulang tahunku yang ke 22 kali ini hanya aku habiskan seharian bersama seseorang. Daripada aku habiskan uangku untuk hal-hal yang tidak berguna seperti pesta pora dan traktir massal, lebih baik aku saling berbagi dengan seseorang dengan hal-hal yang positif seperti belajar bersama dan tentunya bermesraan.
Dalam perenunganku kali ini, aku tidak bisa menembus dimensi tertentu dari hidupku seperti yang biasanya aku lakukan. Mungkin karena kualitas belajarku yang sudah menurun ataukah terpengaruh desakan keuangan yang makin rumit. Namun aku tetap bersyukur kepada Allah karena telah memperingatkanku agar tetap hidup sesuai kehendak-Nya.
Sebagai seorang Kristen (Calvinis), aku memandang sangat idealistik akan hidup manusia. Sangat menghargai ciptaan Allah. Dan berusaha untuk melakukan segala sesuatu untuk kembali kepada Allah. Memang berat rasanya melakukan hal itu, tapi intinya adlaah tetap pandang wajah-Nya, fokus pada tujuan hidup yang telah ditetapkan-Nya, dan berusaha menjadikan pikiran, perasaan dan tindakan kita sesuai dengan perintah Allah.
Memang aku sadar kondisiku saat ini yang masih berbuat dosa. Aku terlalu terikat dengan dosa, tapi aku yakin satu waktu nanti aku akan mampu melawan diri sendiri yang penuh dosa. Dan yang paling sulit kurasakan adalah, harus berbicara kebenaran dan harus dilawan oleh orang-orang yang memiliki kebenaran lain. Di sisi lain itu menyenangkan, dan di sisi lain itu sangat berbahaya. Percayalah kebenaran itu cukup diperjuangkan saja, menang dan kalah itu upah di surga, bukan di dunia.
Akhir perenunganku ini, babak baru yang telah berlangsung dalam hidupku, aku serahkan sepenuhnnya kepada Allah. Segala dosa dan kelemahanku membuat aku berdoa terus kepada Allah agar memperoleh pengampunan.
Salam kenal, wah senang melakukan devosi eh perenunhgan nih :)
BalasHapusmasuk dalam kondisi internal diri melalui perenungan bisa membuat kita banyak bertanya tentang siapa diri kita. dalam buku John Calvin "Institutio" mengenal diri untuk mengenal Allah, dan mengenal Allah untuk mengenal diri (manusia)..
BalasHapusSalam kenal juga pak Ronny.. ^_^