Apa Tujuan Hidup Manusia
Tujuan utama manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya.
• 1 Korintus 10:31, Wahyu 4:11
• Mazmur 73:25-26
Eksistensi manusia memiliki sesuatu tujuan. Dan tujuan itu tidak bisa ditemukan di dalam diri manusia itu sendiri. Ini karena Allah menciptakan manusia serupa dengan gambar-Nya. Dan manusia merupakan gambar Allah yang sejati karena dia berpusat pada Allah , bukan pada dirinya sendiri. Satu-satunya pemikiran dan kerinduan manusia sebelum dosa menghancurkan segalanya adalah melayani Allah serta bersukacita di dalam Dia.
Ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa, segala sesuatu menjadi berubah. Bukannya merenungkan betapa agung serta luar biasanya Allah, ia justru mulai memikirkan tentang dirinnya sendiri . ia mulai membayangkan seperti apa rasanya bila dirinya (Adam) sendirilah yang memiliki keagungan serta bagaimana ia akan menikmati dirinya sendiri.
Memuliakan Allah bukan berarti “menjadikan Allah mulia”. Allah memang sudah mulia sejak dari kekekalan, dan tidak satu pun makhluk ciptaan-Nya yang dapat menjadikan-Nya lebih mulia. Dengan demikian, ungkapan “memuliakan Allah” hendaknya lebih diartikan sebagai “mencerminkan kemuliaan Allah”.
Kita dapat menemukan ini dalam Mazmur 19:2 “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”. Dunia ciptaan Allah yang indah ini bagaikan sebuah cermin. Bila anda melihat ke dalam “cermin” tersebut, anda bisa melihat kemuliaan Allah.
Jadi, tujuan keberadaan langit dan bumi adalah untuk menyatakan atau menunjukan kemuliaan Allah. Namun mengenai kita manusia, terdapat pengecualian: kita dipersilahkan melakukannya karena kita menginginkannya. Cakrawala memang tidak mungkin tidak menyatakan kemuliaan Allah, tetapi kita manusia diberi hak istimewa untuk melakukan hal tersebut karena kita ingin melakukannya.
Banyak orang yang tidak ingin memuliakan dan menikmati Allah selamanya. Dalam kenyataannya, tidak seorang pun, kecuali mereka yang telah bertobat dari dosa mereka dan kemudian beriman di dalam Yesus Kristus, yang menginginkannya.
Bahkan jika seseorang manusia tidak memuliakan Allah, bahkan ia tidak ingin melayani Allah secara rela, ia masih tetap tunduk kepada Allah.seperti kata Paulus, “ Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda yang lain guna tujuan yang biasa?
Jadi, kalau untuk menunjukan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan” (Roma 19:21-23).
Dengan kata lain, baik mereka yang binasa maupun mereka yang diselamatkan adalah alat- alat yang dengannya kemuliaan Allah dinyatakan. melalui mereka (yang diselamatkan) ini, kemurahan Allah akan dinyatakan serta dipuji-puji. melalui yang lainnya (yang binasa), murka serta keadilan Allah akan dinyatakan dan dihormati.
Perbedaannya adalah bahwa dalam kasus mereka yang binasa (orang-orang yang tidak bertobat dan tidak percaya di dalam Kristus) ini,Allah sendirilah yang membuat mereka memuliakan-Nya meskipun mereka tidak menikmati-Nya. Sedangkan dalam kasus mereka yang akan diselamatkan, mereka memiliki keinginan untk memuliakan Allah serta menikmati-Nya untuk selamanya.
Soli Deo Gloria
• 1 Korintus 10:31, Wahyu 4:11
• Mazmur 73:25-26
Eksistensi manusia memiliki sesuatu tujuan. Dan tujuan itu tidak bisa ditemukan di dalam diri manusia itu sendiri. Ini karena Allah menciptakan manusia serupa dengan gambar-Nya. Dan manusia merupakan gambar Allah yang sejati karena dia berpusat pada Allah , bukan pada dirinya sendiri. Satu-satunya pemikiran dan kerinduan manusia sebelum dosa menghancurkan segalanya adalah melayani Allah serta bersukacita di dalam Dia.
Ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa, segala sesuatu menjadi berubah. Bukannya merenungkan betapa agung serta luar biasanya Allah, ia justru mulai memikirkan tentang dirinnya sendiri . ia mulai membayangkan seperti apa rasanya bila dirinya (Adam) sendirilah yang memiliki keagungan serta bagaimana ia akan menikmati dirinya sendiri.
Memuliakan Allah bukan berarti “menjadikan Allah mulia”. Allah memang sudah mulia sejak dari kekekalan, dan tidak satu pun makhluk ciptaan-Nya yang dapat menjadikan-Nya lebih mulia. Dengan demikian, ungkapan “memuliakan Allah” hendaknya lebih diartikan sebagai “mencerminkan kemuliaan Allah”.
Kita dapat menemukan ini dalam Mazmur 19:2 “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”. Dunia ciptaan Allah yang indah ini bagaikan sebuah cermin. Bila anda melihat ke dalam “cermin” tersebut, anda bisa melihat kemuliaan Allah.
Jadi, tujuan keberadaan langit dan bumi adalah untuk menyatakan atau menunjukan kemuliaan Allah. Namun mengenai kita manusia, terdapat pengecualian: kita dipersilahkan melakukannya karena kita menginginkannya. Cakrawala memang tidak mungkin tidak menyatakan kemuliaan Allah, tetapi kita manusia diberi hak istimewa untuk melakukan hal tersebut karena kita ingin melakukannya.
Inilah yang dilakukan Yesus ketika melayani Allah Bapa semasa hidup-Nya di bumi: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya” (Yoh. 17:4). Ia melakukan apa yang Ia ingin lakukan, karena Ia menginginkannya. Dengan cara demikian Yesus telah memuliakan Allah, dan menikmati Dia selamanya.
Banyak orang yang tidak ingin memuliakan dan menikmati Allah selamanya. Dalam kenyataannya, tidak seorang pun, kecuali mereka yang telah bertobat dari dosa mereka dan kemudian beriman di dalam Yesus Kristus, yang menginginkannya.
Bahkan jika seseorang manusia tidak memuliakan Allah, bahkan ia tidak ingin melayani Allah secara rela, ia masih tetap tunduk kepada Allah.seperti kata Paulus, “ Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda yang lain guna tujuan yang biasa?
Jadi, kalau untuk menunjukan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan” (Roma 19:21-23).
Dengan kata lain, baik mereka yang binasa maupun mereka yang diselamatkan adalah alat- alat yang dengannya kemuliaan Allah dinyatakan. melalui mereka (yang diselamatkan) ini, kemurahan Allah akan dinyatakan serta dipuji-puji. melalui yang lainnya (yang binasa), murka serta keadilan Allah akan dinyatakan dan dihormati.
Perbedaannya adalah bahwa dalam kasus mereka yang binasa (orang-orang yang tidak bertobat dan tidak percaya di dalam Kristus) ini,Allah sendirilah yang membuat mereka memuliakan-Nya meskipun mereka tidak menikmati-Nya. Sedangkan dalam kasus mereka yang akan diselamatkan, mereka memiliki keinginan untk memuliakan Allah serta menikmati-Nya untuk selamanya.
Soli Deo Gloria