Tak Ada Hadiah Ultah Yang Bermakna
Tanggal 24 Oktober 2012 adalah hari ulang tahun pacarku tercinta Ervina yang ke 21 tahun. Hanya selang tiga hari setelah ulang tahunku yang ke 22 tahun.
Aku tidak bisa mempersiapkan hadiah ulang tahun baginya karena jujur aku dalam kondisi "epes" alias kehabisan dana setelah sejumlah uangku hilang entah kemana. Walaupun aku tidak bisa memberinya hadiah, tapi aku sangat senang bisa menemani Ervina dalam setiap aktivitasnya yang butuh bantuanku.
Selasa malam tanggal 23, setelah makan malam aku mengajak Ervina untuk jalan-jalan di seputaran kota Tomohon, sekalian mengantarnya pulang rumah. Dalam percakapan di jalan, kami akhirnya sepakat untuk singgah sebentar di sebuah toko pakaian.
Melihat-lihat beberapa kaos berpasangan (Couple T-shirt) tampaknya dia tertarik untuk memiliki salah satu pasangan kaos yang dipajang di toko itu. Kami sepakat untuk membelinya, couple t-shirt berwarna merah dengan motif abstrak di bagian depan itu harganya relatif murah. Aku senang bisa mengikuti kemauannya. Kebetulan waktu itu masih ada sisa uang dari gajiku.
Setelah memuaskan hatinya aku mengantarnya di taman kota Tomohon tempat parkir angkot dan dia langsung naik angkot untuk pulang ke rumahnya. Akupun juga pulang ke tempat kos. Dalam perjalanan pulang, aku berpesan agar Ervina tidak usah pulang larut malam setelah latihan paduan suara.
Sampai di tempat kos, aku membaca buku. Setelah selesai satu bab, aku menyalakan Si Biru untuk online di dunia maya. Setelah beberapa jam aku online, tiba-tiba komentar dari Ervina muncul di postingan statusku. Dan aku tanya kalau latihan sudah selesai dan jawabnya latihan sudah lama selesai dan sekarang lagi berada di rumah temannya.
Aku bingung dan bertanya lagi kenapa belum pulang. Aku melihat jam yang menunjukan pukul 11 malam. Ervina menjawab kalau dia dipaksa teman-temannya untuk bersama-sama menunggu pergantian hari. Aku tersentak kaget dan langsung marah.
Tiba-tiba Ervina bilang kalau dia akan segera pulang. Dari sambungan telepon aku mendengar teman-temannya mencegat dia pulang dengan mengunci semua pintu di rumah itu. Marahku sudah sampai menggeramkan gigi mendengar langsung peristiwa itu.
Sambil tetap menelepon, Ervina menangis karena aku marah. Dan kali ini aku tidak marah padanya, tapi pada orang-orang yang melarang dia pulang. Rahang semakin menggeram. Nafasku semakin tak terkontrol.
Aku mencoba membuat agar Ervina tidak menangis. Namun karena terbawa emosi marah, kata-kataku menjadi kasar padanya. Tiba-tiba waktu di handphone-ku menunjukan pukul 00.00, dalam tangisan Ervina aku langsung mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Marahku berhenti total. Sejenak aku mendoakan dia dalam hati.
Dan mungkin itulah hadiah ulang tahun dariku untuk Ervina. Tiba-tiba tangisan Ervina berubah dari tangisan takut dimarahi menjadi tangisan haru (mungkin?). Aku memintanya agar mengentikan tangisannya, dan diapun berhenti menangis. Ervina membuka usia 21 tahun dengan air mata. Dan aku mendoakan agar air mata itu diubah menjadi senyuman baginya.
Keesokan harinya kami sepakat untuk mengenakan kaos pasangan yang dibeli. Kami bertemu di kampus FBS dan aku menemani aktivitasnya selama di kampus. Dan sampai malam hari, aku menemani Ervina makan malam di Tomohon, lalu mengantarnya pulang, seperti yang biasa kami lakukan setiap hari. Dan dihari ulang tahunnya itu aku tidak bisa memberikan hadiah spesial baginya. Aku hanya memberikan ucapan dan doa serta menemaninya seharian.
Aku sebenarnya merasa sedih karena itu. Tapi aku berjanji dalam hati, suatu saat aku akan memberikannya hadiah melebihi hadiah ulang tahun.
Posting Komentar untuk "Tak Ada Hadiah Ultah Yang Bermakna"
Apa saja isi komentar anda sangat berarti bagi penulis... ^_^