Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jurnalis yang Independen

jurnalis yang independen - leon manua
Sebagaimana pengertian kata independen pada umumnya, dalam jurnalisme juga dimengerti dengan makna yang sama. Yaitu, tidak terikat dengan hal lain atau berdiri sendiri. Independen juga bisa berarti merdeka atau bebas.

Konsep tentang jurnalis yang independen sebagai elemen jurnalisme konsisten dengan elemen jurnalisme lainnya sehingga penerapannya harus terintegrasi. Loh, katanya independen itu berdiri sendiri, mengapa harus terintegrasi dengan elemen lain?

Ya, jika kita menganalisa konsep independen dengan metode filsafat, maka kita akan mendapatkan pertanyaan seperti itu. Tapi sekali lagi ini bukan dalam tataran filosofis, meski sering jurnalisme menggunakan metode-metode filsafat dalam verifikasi.

Seperti halnya elemen pertama yaitu kebenaran bagi seorang jurnalis, konsep independen juga bukan berada pada tataran filsafat. Sebab independen yang dimaksud adalah tentang sikap dalam menjalankan pekerjaan jurnalisme. Independen sebagai sikap berbeda dengan independen sebagai sifat.

Mari kita tinjau kembali perbedaan sikap dan sifat. Sikap adalah pikiran, perasaan atau tindakan seseorang terhadap objek diluar dirinya. Sedangkan sifat adalah sesuatu atau beberapa hal yang menjadi ciri khas, keunikan, atau identitas yang terbentuk sejak awal pada seseorang, kelompok orang, atau benda.

Banyak yang memahami independen dalam jurnalisme itu sebagai sifat. Mereka cenderung melihat jurnalisme itu memang harus bersifat independen. Bahkan banyak kalangan jurnalis juga menganggapnya demikian.

Lalu mengapa jurnalisme itu menganggap independen sebagai sikap wajib bagi jurnalis, bukan menjadi sifat seorang jurnalis? Jawabannya adalah, karena jurnalisme tidak bersifat independen. Jurnalisme itu bergantung pada kebenaran, bertanggung jawab dan loyal kepada masyarakat, serta yang bergantung pada verifikasi.

Alasan lainnya juga adalah karena jurnalisme harus memberikan kesempatan yang sama bagi pihak-pihak yang terlibat dalam peliputan seorang jurnalis. Itu adalah sifat jurnalisme yang selalu bergantung dari suatu peristiwa atau suatu pihak.

Seorang jurnalis tidak bisa bersifat independen karena jurnalis sesungguhnya bergantung dari pihak-pihak yang akan dia liput. Jurnalis membutuhkan data dan informasi dari narasumber, jurnalis juga butuh verifikasi dari narasumber, dan yang terpenting adalah jurnalis membutuhkan berita yang berkualitas bagi masyarakat.

Jadi cukup jelas bahwa independen dalam jurnalisme itu adalah sikap wajib bagi seorang jurnalis maupun perusahaan pers. Perdebatan yang terjadi tentang independensi jurnalis sering terjadi karena masih banyak pihak yang belum mengerti konsep independen dalam jurnalisme itu adalah soal sikap, bukan sifat.

Dengan bersikap independen, maka berita yang dihasilkan jurnalis akan berimbang, tidak merugikan salah satu pihak, serta memberikan informasi yang lengkap bagi masyarakat. Sikap independen juga bisa menghasilkan berita yang lebih mendidik masyarakat.

Sikap independen seorang jurnalis atau perusahaan pers ini harus mengedepankan demokrasi dan toleransi. Nah, ini juga menjadi alasan mengapa independen itu bukan sebuah sifat bagi jurnalisme. Jelas bahwa demokrasi dan toleransi juga menjadi kepentingan bagi jurnalisme sebagai pilar demokrasi.

Juga jelas bahwa sebagai pilar demokrasi, jurnalisme tidak berdiri sendiri (tidak bersifat independen). Jurnalisme juga memiliki ikatan yang jelas dengan lembaga-lembaga negara, memiliki posisi yang jelas dalam sistem demokrasi, dan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk berpartisipasi aktif dalam demokrasi.

Pandangan jurnalisme yang harus bersifat independen inilah yang kemudian membuat kekacauan terjadi antara pihak-pihak tertentu. Banyak contoh kekacauan yang terjadi ketika kita tidak memahami apa itu independen dalam jurnalisme.

Saya jadi teringat slogan atau tagline dari Kompas TV yaitu "Independen dan Terpercaya". Nah, ini bisa jadi contoh kita untuk mengerti mana yang menjadi sikap dan mana yang menjadi sifat dari sebuah perusahaan pers seperti Kompas TV.

Dari tagline "independen dan terpercaya" itu jika dikaji dari sudut pandang jurnalisme, maka jelas bahwa Kompas TV bukan sedang membangun citra lewat tagline itu. Tapi Kompas TV sedang menjelaskan bahwa independen menjadi sikap dari jurnalis mereka dan terpercaya menjadi sifat dari perusahaan pers itu sendiri.

Sebenarnya, seorang jurnalis bisa bersikap tidak independen namun dengan cara lain. Jurnalis bisa meyatakan sikap memihak atau mendukung atau bergantung pada satu pihak tertentu. Tapi itu bukan dituangkan dalam bentuk berita. Sikap dependen (lawan kata independen) dari jurnalis juga harus diwadahi oleh media atau perusahaan pers.

Sikap dependen dari seorang jurnalis inilah yang dimuat dalam baris opini yang memuat pandangan atau penilaian pribadi seorang jurnalis terhadap suatu peristiwa atau suatu pihak. Oleh karena ini penting bagi perusahaan pers untuk membedakan opini dan berita.

Kita bisa melihat pada media-media massa cetak maupun elektronik, offline maupun online, mereka selalu memisahkan berita dan opini, ada juga editorial. Nah, ini berbeda lagi antara editorial dan opini. Jika opini adalah pandangan pribadi jurnalis, editorial adalah pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa.

Pemisahan ini penting dilakukan oleh perusahaan pers agar masyarakat bisa mengerti apa yang sedang mereka baca. Berita itu harus disusun berdasarkan sikap independen, opini dan editorial tidak harus independen.

Sikap independen harus dijunjung tinggi seorang jurnalis saat sedang menjalankan pekerjaan jurnalisme. Dia harus mengedepankan independensi diatas kepentingan pribadi, identitas pribadi, maupun pandangan politik pribadi.

Sebagai masyarakat, kita juga harus bisa membedakan mana jurnalis atau perusahaan pers yang bersikap independen maupun yang tidak. Semua perusahaan pers selalu bersikap independen, maka ketika kita melihat ada perusahaan pers yang tidak bersikap independen, sesungguhnya itu bukan perusahaan pers.

Begitu juga dengan berita, jika kita membaca berita yang tidak berimbang, cenderung membela atau memihak salah satu pihak, juga cenderung memberikan penilaian terhadap suatu peristiwa, maka itu bukanlah berita. Itu adalah opini yang dikemas dengan gaya berita. Karena sikap independen jurnalis tergambar dari berita yang berimbang.

Saat ini perusahaan pers khususnya televisi berskala nasional sudah jarang menayangkan program opini secara parsial, atau hanya berisi pendapat yang memihak pada salah satu pihak. Mereka cenderung menayangkan program opini yang imparsial atau bersikap adil sehingga dalam satu tayangan itu ada dua atau lebih kubu yang bisa beradu opini.

Itu dilakukan sebagai bentuk partisipasi untuk mengedepankan demokrasi dan toleransi. Juga sebagai saran edukasi bagi masyarakat. Dari hal itu masyarakat bisa menilai sendiri dan membentuk opini sendiri terhadap satu peristiwa atau satu pihak.

Tapi itu adalah opini para pakar atau pengamat, bukan opini dari jurnalis. Program yang menayangkan opini jurnalis memang sudah jarang ditemukan. Mungkin sampai saat ini hanya ada beberapa tayangan seperti Mata Najwa di Trans TV dan Aiman di Kompas TV. Mungkin juga ada yang lain tapi saya lebih suka menonton kedua acara tadi.

Semoga kita bisa mengerti tentang jurnalis yang independen itu umumnya seperti apa. Secara khususnya mungkin bisa dibahas dalam tulisan yang lain agar bisa lebih jelas. Selalu ingat bahwa independen dalam jurnalisme itu adalah sikap seorang jurnalis, bukan sifat.
Leon Manua
Leon Manua Mata yang tak pernah kau tatap secara nyata

Posting Komentar untuk "Jurnalis yang Independen"