Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Esensi Jurnalisme adalah Verifikasi

Esensi Jurnalisme adalah Verifikasi
Semua jurnalis pasti setuju dengan ini, karena verifikasi adalah nafas dari jurnalisme. Sedemikian pentingnya verifikasi dalam jurnalisme sehingga dianggap sebagai nafas jurnalisme. Apa sebenarnya verifikasi itu sehingga menjadi esensi dari jurnalisme? Apakah jurnalisme bisa berjalan tanpa verifikasi?

Inilah elemen ketiga dari jurnalisme, yaitu verifikasi. Setelah membahas tentang kebenaran dan loyalitas dalam jurnalisme, kini saya akan membahas tentang verifikasi. Setiap elemen jurnalisme tidak berdiri sendiri, tapi semuanya saling terintegrasi dan ketergantungan.

Konsep Verifikasi

Verifikasi dalam jurnalisme pada mulanya hanya dianggap sebagai sebuah metode atau cara untuk mencari dan mengumpulkan kebenaran tentang suatu peristiwa. Seiring dengan berkembangnya jurnalisme, verifikasi mendapat posisi penting dan utama dalam jurnalisme.

Verifikasi juga menjadi pembeda antara produk jurnalisme dengan sastra, seni, hiburan, kampanye, dan propaganda. Ketika sebuah berita kehilangan esensinya (tidak verifikasi), maka itu bukanlah sebuah berita. Bisa jadi itu adalah karya sastra, karya seni, artikel hiburan, kampanye dan propaganda sosial politik, atau bahkan hoaks.

Dari hal yang dianggap hanya sebuah metode, kini verifikasi menjadi esensi jurnalisme. Bill Kovach kemudian merumuskan konsep dasar verifikasi dalam jurnalisme sebagai berikut:
  • Tidak menambahkan atau mengurangi dan mengarang berita.
  • Tidak menipu atau menyesatkan masyarakat.
  • Bersikap transparan dan jujur tentang metode yang digunakan dan motivasi pribadi dalam peliputan.
  • Selalu berdasarkan pada hasil liputan sendiri.
  • Selalu berpikir terbuka dan bersikap rendah hati.
Dari konsep dasar tersebut kemudian seorang jurnalis diharapkan bisa menjalankan verifikasi sebaik-baiknya. Verifikasi yang baik akan selalu menghasilkan produk jurnalisme yang sesuai dengan kebenaran. Itu juga sebagai bentuk dari tanggung jawab kepada masyarakat.

Standar Verifikasi

Tidak semua jurnalis paham tentang standar verifikasi, paling tidak standar minimal dalam verifikasi. Pengetahuan tentang standar verifikasi biasanya hanya dimiliki oleh para jurnalis senior ataupun jurnalis yang menempuh pendidikan formal maupun non-formal.
Sebagai nafas dari jurnalisme, sebaiknya setiap jurnalis mengetahui standar minimal dalam verifikasi. Dalam proses peliputan, seorang jurnalis seharusnya bisa menjalankan verifikasi dengan standar minimal berikut ini:
  1. Selalu bersikap skeptis. Artinya selalu bersikap curiga dan tidak percaya pada setiap data dan informasi yang diterima. Lakukan pemeriksaan lagi pada data dan informasi langsung pada sumbernya.
  2. Selalu mencari data dan informasi langsung pada sumbernya. Untuk menjalankan verifikasi, jurnalis harus bisa menembus sumber utama data dan informasi. Sumber utama itu biasanya adalah pelaku, korban, atau saksi dari sebuah peristiwa yang diliput.
  3. Membandingkan data dan informasi. Data dan informasi yang berasal sumber utama, jika diperlukan, kemudian dibandingkan dengan data dan informasi yang sudah ada sebelumnya. Tentunya data dan informasi itu harus valid dan telah melalui proses verifikasi.
  4. Mencari data dan informasi pelengkap. Jurnalis biasanya memperoleh data dan informasi pelengkap dari para ahli atau pakar yang dinilai kompeten atau berpengalaman terkait peristiwa yang diliput.
Keempat standar minimal verifikasi tersebut sebenarnya hanya berdasarkan satu hal utama saja, yaitu sikap skeptis. Jika jurnalis bersikap skeptis, maka dia akan melakukan pengecekan kembali kepada sumber utama.

Terhadap sumber utama juga harus bersikap skeptis, maka jurnalis bisa melakukan perbandingan data dan informasi dari data dan informasi yang sudah ada sebelumnya. Itu saja belum cukup, hasil perbandingan itu harus disikapi dengan skeptis juga. Maka itu jurnalis butuh data dan informasi pelengkap dari para ahli, pakar, atau pengamat.

Jadi kesimpulannya adalah, esensi dari jurnalisme adalah berifikasi dan verifikasi itu harus berdasarkan sikap skeptis. Sedangkan sikap skeptis itu harus berdasarkan data dan informasi yang terpercaya.

Sebuah produk jurnalisme yang sudah berbentuk berita juga bisa kita sikapi dengan skeptis. Sebagai masyarakat berperan juga dalam verifikasi untuk menguji kredibilitas seorang jurnalis atau perusahaan pers.

Jika kita harus bersikap skeptis, maka kita juga bisa melakukan verifikasi atas tulisan ini. Saya menantang anda sebagai pembaca agar melakukan verifikasi atas tulisan ini. Hasilnya bisa anda paparkan dalam kolom komentar dan kita bisa membahas bersama.
Leon Manua
Leon Manua Mata yang tak pernah kau tatap secara nyata

Posting Komentar untuk "Esensi Jurnalisme adalah Verifikasi"