Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Loyalitas Utama Jurnalis

Leon Manua
Pada tulisan ini saya akan memakai istilah "jurnalis" untuk menggantikan istilah "wartawan" karena istilah jurnalis bisa menggambarkan secara tepat orang yang profesinya dalam lingkup jurnalistik. Tulisan ini juga adalah penjelasan tentang elemen kedua jurnalisme dari Sembilan Elemen Jurnalisme yang dipaparkan sebelumnya.

Elemen kedua ini untuk menjawab permasalahan kecenderungan jurnalis untuk bersikap loyal. Banyaknya kepentingan yang mempengaruhi profesi seorang jurnalis terkadang bisa berdampak pada sikap loyalitas jurnalis.

Peran yang dijalankan jurnalis memang sangat kompleks. Ia berperan sebagai warga negara, berperan sebagai karyawan dalam perusahaan pers, juga berperan sebagai mitra bisnis bagi pengiklan (dalam perusahaan pers profesional akan memisahkan tugas jurnalis dan tugas pemasaran).

Jika dilihat dari berbagai peran yang disandangnya, terkadang bisa membawa jurnalis menjadi dilema untuk menyatakan sikap loyalitasnya. Semua pihak yang terlibat dalam profesinya ini sangat memberikan pengaruh terhadap hasil pekerjaannya.

Menurut Fahri Salam pegiat Yayasan Pantau, seorang jurnalis memiliki tanggung jawab sosial yang terkadang harus bisa melangkahi (mengabaikan) kepentingan perusahaannya. Hal ini sejalan dengan Bill Kovach yang mengatakan bahwa loyalitas utama jurnalis itu adalah pada masyarakat.

Kepentingan masyarakat harus diutamakan sekalipun harus mengabaikan perusahaan pers. Semua perusahaan pers juga tahu tentang hal ini. Sebab itu perusahaan pers berskala besar tahu benar bagaimana menangani hal ini.

Ini juga berkaitan dengan kebebasan pers yang dijamin oleh negara melalui Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999. Kebebasan pers berbicara tentang pers yang bebas untuk mengutamakan kepentingan rakyat. Kebebasan pers adalah tentang menjunjung tinggi loyalitas jurnalis kepada rakyat.

Ketika perusahaan pers mencoba mengalihkan loyalitas jurnalis, disitulah sebuah perusahaan pers akan distigma sebagai "musuh kebebasan pers". Bahkan jika pemerintah yang melakukan hal itu, maka pemerintah itu akan distigma sebagai "musuh kebebasan pers".

Loyalitas jurnalis hanyalah salah satu dari unsur kebebasan pers yang merupakan kesatuan dengan unsur-unsur kebebasan pers lainnya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa ketika seorang jurnalis kehilangan loyalitasnya kepada rakyat, maka dia bisa disebut sebagai "musuh kebebasan pers" dan tidak pantas menyandang status sebagai jurnalis.

Saat ini sudah ada beberapa nama pihak yang dianggap sebagai "musuh kebebasan pers" di Indonesia. Kita bisa melihat banyak jejak digital tentang pihak mana saja yang dianggap "musuh kebebasan pers" pada hasil pencarian Google.

Seorang jurnalis harus mengetahui kepada siapa dia harus menunjukan sikap loyalitasnya. Termasuk kepada pihak mitra bisnis. Untuk kepentingan kesejahteraan seorang jurnalis, mitra bisnis memiliki peran yang penting. Itu karena perusahaan pers juga menjalankan fugnsi bisnis dan jurnalis membutuhkan kesejahteraan.

Mitra bisnis itu bisa siapa saja seperti perusahaan pengiklan, politisi, dan juga termasuk pemerintah. Sebagai jurnalis dan juga perusahaan pers sebenarnya sudah banyak mengetahui hal ini, mereka juga punya banyak cara untuk menyelesaikannya.

Perusahaan pers melakukan pemisahan iklan dan berita melalui mekanisme fire wall. Yaitu mekanisme media yang memberikan batas yang jelas agar masyarakat bisa membedakan antara berita dan iklan.

Jurnalis juga punya solusi untuk menangani hal ini dengan memisahkan berita dan iklan dengan cara membuat advetorial. Advetorial adalah iklan yang berbentuk berita yang dipisahkan dari berita murni. Advetorial adalah alat jurnalis untuk menjalin hubungan yang baik dengan mitra bisnis dan ini terhitung sebagai iklan, bukan berita. Tampilannya saja yang seperti berita, isinya adalah iklan.

Ketika jurnalis atau perusahaan pers tidak memberikan batasan yang jelas antara iklan dan berita, maka disitulah potensi terjadinya kehilangan loyalitas utama. Masyarakat bisa tidak percaya lagi terhadap jurnalis dan perusahaan pers ketika hal itu terjadi.

Kehilangan loyalitas kepada masyarakat mungkin bisa membawa keuntungan bagi perusahaan pers atau jurnalis. Namun hal itu membawa kerugian juga ketika harus kehilangan kepercayaan dari masyarakat.

Berbagai hal ditempuh jurnalis untuk merebut kepercayaan masyarakat, dan hanya dengan menyatakan sikap loyal kepada masyarakat maka jurnalis bisa mendapatkannya. Loyalitas jurnalis akan menghasilkan kepercayaan masyarakat, begitu juga dengan perusahaan pers.

Demikian penjelasan singkat tentang elemen kedua jurnalisme yang sebenarnya masih menjadi tantangan bagi insan pers di Indonesia. Semoga di tahun-tahun berikutnya akan muncul lebih banyak lagi jurnalis dan perusahaan pers yang loyalitasnya kepada masyarakat.
Leon Manua
Leon Manua Mata yang tak pernah kau tatap secara nyata

Posting Komentar untuk "Loyalitas Utama Jurnalis"