Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kopi Pemersatu Mahasiswa

Sampai saat ini mitos tentang seorang aktivis mahasiswa yang sakau kopi saat diskusi, santai maupun rapat belum terbantahkan. Anggapan yang turun temurun dianut oleh para aktivis dari berbagai golongan ini sudah bertahan lama dan diwariskan kepada penerus mereka di kampus.

Saya teringat ketika saat berdiskusi dengan teman-teman di Imaminsel, diskusi terhenti sejenak saat seorang peserta diskusi meneriakan "kopi dulu moderator" saat diskusi tengah mencapai klimaks.

Semua peserta diskusi sepakat dengan usulan itu. Dan moderator langsung melihat kearah seorang peserta diskusi sambil senyum, katanya "kalau urusan kopi nanti John pe tau itu." sebagai tuan rumah yang baik, John Sual langsung mengajak beberapa orang untuk menyediakan kopi.

"Kopi apa ngoni suka?" teriak John. "Kopi hitam." jawab saya dengan spontan karena memang itulah yang saya tunggu. Diskusi tentang musyawarah besar Imaminsel ke 3 dilanjutkan. Selang beberapa menit, kopi hitam pekat dan 'pedas' kesukaan saya tiba. Beberapa teman protes dan minta ditambahkan gula. Dan sejak kopi ada, suasana diskusi terasa lebih akrab dan nyaman. Dan yang paling penting adalah, semua peserta berjumlah belasan orang itu jadi fokus pada pembicaraan.

Tidak hanya di Imaminsel saya temui hal seperti itu. Dikalangan aktivis mahasiswa 'non-partai' juga saya temui hal yang sama. Setiap sore pada pertengahan tahun 2011 kami selalu berkumpul di kantin milik Hardi Barol. Di tempat ini kami dapat kopi gratis tiap kali diskusi.

Saya sendir penikmat kopi hitam. Tidak peduli dengan rasanya, yang penting minum kopi. Ada juga teman-teman saya yang lebih suka kopi instan dari berbagai macam brand. Selera kopi sudah menjadi tradisi, bukan lagi mitos. Kalangan muda ini seakan tidak punya inspirasi ketika tidak minum kopi.

Terlepas dari efek negatif dari kopi, saya lebih memilih untuk menuliskan efek sosial dari kopi. Mengapa? Dari pengalaman saya selama jadi mahasiswa yang berinteraksi dengan mahasiswa lain dari berbagai jurusan, agama, golongan, ideologi, aktivitas dan sebagainya, saya menemukan hal unik dan patut dibicarakan.

Salah satu pengalaman saya yaitu ketika berdiskusi dengan teman-teman dari LMND. Saat itu di kantin Om Edi. Kami diskusi masalah aksi hari sumpah pemuda 2010. Kami berhasil turun demo di DPRD Minahasa dengan membawa hasil yang cukup memuaskan. Ketika itu kami hanya duduk saja minum kopi. Dan muncul ide untuk turun aksi dari Jonathan Worotitjan mantan ketua LMND Ekskot Minahasa.
Dari kejadian-kejadian tersebut saya bisa merumuskan yang pertama bahwa, dengan duduk minum kopi bersama, kita mahasiswa bisa berbicara dengan orang lain dengan rasa persaudaraan. Rasa persaudaraan ini muncul karena efek emosional yang saling menyatu.

Kita duduk berhadapan, minum kopi bersama, diatas meja yang sama, dan dengan dasar ingin mengetahui sesuatu dari orang lain. Dengan media berupa kopi dan bertatapan muka, kontak mata, dan fokus mendengar orang lain bicara, melalui kejadian itulah terjadi kontak emosional antara saya, kamu, dia, dan mereka. Kita bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, kita bisa melihat kejujuran orang lain, kita bisa mengerti jalan pikir orang lain. Inilah yang dinamakan proses telepati sederhana.

Yang kedua, melalui minum kopi bersama, kita dibentuk rasa kepedulian terhadap orang lain. Kepedulian ini diwujudkan melalui berbagai hal. Mulai dari persaaan ingin menanggung semua kopi yang diminum sampai pada inisiatif untuk meracik kopi untuk semua teman. Terkadang kepedulian ini juga diwujudkan dengan inisiatif untuk mencuci gelas sehabis minum kopi bersama.

Hal ketiga yang menurut saya paling penting adalah, melalui minum kopi bersama kontak sosial yang hebat terjadi. Kebiasaan saya dan beberap teman adalah minum kopi dengan gelas yang sama. Jadi satu gelas kopi untuk beberapa orang minum. Saya pertama kali meraksan hal yang luar biasa ini ketika pertama kali berdiskusi dengan teman-teman Imaminsel sewaktu masih semester dua.

Saya merasa ini adalah metode yang tepat untuk membangun komunikasi lebih dalam dengan teman-teman lain. Minum kopi denga gelas bersama mulai saya tularkan keteman-teman lain. Dan hasilnya sangat memuaskan. Serasa lengkap diskusi kita jika kontak sosial terus menerus terjadi selama proses diskusi.

Saya rasa hal ini wajib ditularkan, bahkan diwariskan kepada penerus kita di kampus. Karena mengingat bahwa sulitnya mahasiswa bersatu. Pergerakan mahasiswa terkotak-kotak secara ideologi, agama, golongan dan lainnya. Hanya satu yang bisa menyatukan mahasiswa. Kopi.