Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anjing Penjilat

Waktu saya mempublikasikan puisi yang berjudul "Kita Binci Bupati Minsel" banyak tanggapan yang saya terima dari berbagai oknum. Ada tanggapan yang mengatakan bahwa puisi itu lucu, ada yang mengatakan bahwa puisi itu realitas, dan ada yang tidak senang dengan puisi kecil itu.

Sebagian yang senang mungkin karena merasa itu adalah sebuah kenyataan yang kemudian dituliskan dalam bentuk puisi kecil. Namun bagi yang tidak senang membenci saya dan mengatakan bahwa saya bukan apa-apa, katanya saya tidak ada pengaruh di Minahasa Selatan.

Bahkan ada yang mengatakan seperti ini "Ngana ini so tidak benar sembarang jo bicara kalau cuman ngana leon yang bicara tidak ada pengaruhnya dan ngana tidak tau apa apa tentang pembangunan dan hasil yang di capai sekarang. ingin ba top bukan cara menjelekkan pemimpin daerah yang notaben adalah Buapatinya torang yang torang pilih jadi apa pun yang program Bupati sekarang ini tetap torang orang minsel dukung. bukang seperti ngana yang beking puisi binci pa bupati minsel satu kali ngana mo dapa katula TUHAN mo kase pa ngana leon kalau tidak pa ngana keluarga." demikian kata-kata dari akun siluman bernama Satria Soputan.

Ada juga tanggapan dari -masih akun siluman bernama- Jojo Skyboy seperti ini "Kawan. Sekedar himbauan n sadar diri, jgn pernah menjelek2an pemimpin kt. Posisi ap ng skrg? Apa yg ng buat utk minsel? Mmg sapa calon yg ng banggakan. Trg harus sadar pembangunan masi berjalan. N jgn trg ingin pemkab secepat tangan utk pembangunan."

Orang-orang yang menyatakan tidak suka dengan karya seni ini memang wajar, karena menurut saya, mereka membela apa yang mereka pilih dan mempertahankan apa yang menjadi sumber hidup mereka. Singkatnya mereka ingin tetap hidup, menghidupkan keluarganya. Itu adalah manusiawi, bahkan itu adalah suatu bentuk keberpihakan mereka terhadap sosok yang membodohi mereka sendiri. Demi uang dan mata pencaharian mereka rela menjual kepentingan rakyat.

Kejadiannya seperti seorang teman saya Jenry Mandey yang katanya memfitnah bupati Minsel melalui jejaring sosial. Jendry dan beberapa temannya kemudian diintimidasi oleh akun siluman bernama Minsel Pamungkas Pamungkas. Jenry kemudian tidak takut dengan berbagai ancaman semacam itu. Tapi karena keberaniannya itu Jenry dijadikan buron oleh oknum-oknum yang katanya mengawal Tetty Paruntu sampai titik darah penghabisan.
Semacam inikan kebebasan berpendapat di Minahasa Selatan? apakah mereka yang mengatakan diri membela bupati mengetahui sebab-sebab terjadinya perlawanan oleh beberapa kaum muda, putra minsel sendiri? Dan tampaknya demokrasi serta kemerdekaan berpendapat serta kebebasan menyampaikan aspirasi ini ditanggapi buruk oleh para penjilat bupati.

Iya, mereka itu anjing penjilat bupati Minsel, mereka mencari makan dengan iming-iming memberikan perlindungan dan pencitraan nama baik bagi bupati Minsel. Sedangkan rakyat biasa merasakan akibatnya. Rakyat biasa asal Minsel harus bekerja diluar Minsel, anak-anak lulusan terbaik dari Minsel harus meninggalkan Minsel dan mengadu nasib diluar dan kemudian diganti dengan orang-orang yang hanya menjilat kantong bupati dan berhura-hura dengan kemenangan mereka.

Saat ini fenomena anjing penjilat itu sedang berkembang pesat di Minsel. Begitulah kalau orang Minsel tidak pernah sadar akan penindasan sistemik yang terjadi. Tanah rakyat dijual kepada orang asing, alam dirusak, pendidikan merosot drastis, pengangguran bertambah banyak, lapangan kerja yang kurang, serta maslaah-masalah sosial ekonomi lainnya. Belum lagi masalah politik di Minsel yaitu ketegangan antara Bupati dan Wakil Bupati, serta isu kudeta bupati oleh oknum-oknum lawan politik lainnya.

Anjing Penjilat itu kemudian mencari posisi aman dengan mengerahkan kekuatan mereka untuk memberikan pencitraan baik kepada bupati. Mereka menghalalkan intimidasi untuk menghabiskan lawan-lawan bupati. Tapi saya sangat memaklumi para anjing penjilat itu.

Kalau tidak menjilat, mereka tidak akan hidup. Kalau tidak menjilat, mereka tidak dapat menafkahi keluarganya. Jadi, menurut saya porfesi anjing penjilat ini menjijikan tapi manusiawi. Seandainya mereka itu sadar kalau saudara-saudar mereka rakyat Minsel sementara sengasara karena tertindas dengan berbagai kebijakan pemerintah.