Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cita Waya Esa (Ona)

leon manua
Perjalanan hidup sebuah organisasi sangatlah unik untuk di ceritakan dan dibahas. Organisasi apapun itu, skala kecil maupun besar, edukasi maupun komunitas gaul, organisasi kader maupun organisasi massa. Ikatan Mahasiswa Unima Minahasa Selatan (IMAMINSEL) adalah oranisasi mahasiswa Universitas Negeri Manado yang berasal dari kabupaten Minahasa Selatan yang berwatak sosial/kemasyarakatan.

Didirikan pada 28 Februari 2005 di Tondano untuk mempersatukan mahasiswa Minahasa Selatan yang saat itu tidak memiliki suatu wadah untuk bersatu, belajar bersama, dan berjuang.

Perjalanan Imaminsel jika diceritakan secara jujur dan independen, sangatlah penuh dengan perjuangan, perselisihan, dan perpaduan politik mahasiswa dan politik daerah yang sangat kental. Bermula dari “Cita Waya Esa”, kalimat yang mempersatukan kita mahasiswa, dan buntu pada kata “Ona” yang menggambarkan keraguan untuk mencapai “Cita Waya Esa” akibat jalan yang harus dilalui begitu berat . Imaminsel sangat berduka setelah ditinggalkan salah satu pendirinya dan mantan ketua pertama Imaminsel, saudara Donald Pangkey. Dan apakah Imaminsel akan berduka lagi jika Imaminsel yang akan menyusul pendirinya.

Pada musyawarah besar ketiga Imaminsel di desa Wanga Kecamatan Motoling Timur tahun 2009 silam, Laporan pertanggungjawaban pengurus periode 2008-2009 ditolak mentah-mentah oleh sebagian besar anggota dengan alasan laporan pertanggungjawaban tersebut tidak lengkap, tidak transparan dan terkesan tidak bertanggungjawab.

Kemudian pada siding tersebut mufakat untuk membentuk Tim Audit yang bertugas memeriksa pengurus periode 2008-2009 bersama tim kerja musyawarah besar III serta mendesak pengurus 2008-2009 agar melengkapi laporan pertanggungjawaban sesuai yang seharusnya secara transparan dan bertanggungjawab. Tapi sia-sia saja kerja tim audit, karena melalui beberapa kali persidangan tim audit tidak pernah dihargai oleh pengurus lama dan tim kerja musyawarah besar III.

Langkah demi langkah ditempuh oleh pengurus periode 2009-2010 demi membersihkan nama baik Imaminsel yang tercemar. Imaminsel yang saat itu rapuh, ternyata mampu eksis dan membersihkan nama baiknya dengan cara sendiri.

Langkah-langkah yang diambil oleh Imaminsel yaitu dengan terobosan-terobosan inovatif yang mampu mempersatukan mahasiswa Unima asal Minahasa Selatan. Dan sangatlah unik, untuk pertama kalinya Imaminsel melaksanakan perayaan Dies natalis (hari kelahiran)-nya pada perionde 2009-2010 yang sebelumnya belum pernah dirayakan.

Melalui berbagai kegiatan seperti lomba futsal, lomba pidato berbahasa Tontemboan, ganti oli gratis yang bekerjasama dengan Pertamina, serta ibadah dies natalis yang digelar secara sederhana namun bersejarah bagi Imaminsel. Kegiatan yang mempersatukan ini dilakukan agar mahasiswa asal minahasa selatan bisa berjuang bersama membangun kampus dan daerah secara progresif.

Kemudian Imaminsel memberanikan diri dengan menggelar Debat Kandidat calon bupati Minahasa Selatan 2010-2015. Kegiatan ini sangat direspon baik oleh pemerintah kabupaten minsel, KPUD Minsel, Polres Minsel, masyarakat Minsel, dan media massa.

Kegiatan yang seharusnya dilaksanakan oleh KPUD ini ternyata mampu digelar oleh mahasiswa yang tergabung dalam Imaminsel. Ini menyatakan bahwa mahasiswa mampu membangun daerah dihari depan, ini juga membuktikan mahasiswa sebagai agen pembangunan (agent of development) yang peduli dengan kondisi masyarakat daerah serta peduli akan pengembangan sumber daya manusia di minahasa selatan.

Bukan sekedar wacana, Imaminsel menjadi salah satu organisasi mahasiswa yang besar bahkan kinerjanya bisa disamakan dengan KNPI Minsel. Ini bukan suatu kebetulan, ini adalah kerja keras para anggotanya. Ini adalah hasil jika kita mahasiswa mampu menerapkan slogan yang tertera pada lambang daerah Minsel, juga sebagai semboyan masyarakat Minsel “Cita Waya Esa” yang berarti “Torang Samua Satu” satu daerah, satu rasa, satu tanggungjawab, satu tujuan, satu barisan, dan satu perjuangan.

Cita waya esa harus diresapi dengan seksama oleh mahasiswa minahasa selatan serta diterapkan dengan sungguh-sungguh, agar masyarakat yang sejahtera dan adil menjadi milik kita bersama.

Namun dibalik ketenaran nama Imaminsel, tesimpan polemik dan pertentangan, serta perselisihan antara kader Imaminsel. Mungkin ini bagian dari politik internal Imaminsel.

Pada tanggal 28 Oktober 2010, telah dibentuk panitia musyawarah besar keempat Imaminsel. Rapat panitia pertama telah diambil keputusan bahwa Mubes ke-IV akan dilaksanakan di desa Tewasen pada tanggal 10-11 Desember 2010. Namun keputusan itu dikritisi oleh sebagian besar anggota sehingga keputusan tersebut ditinjau kembali.

Pada rapat panitia kedua, diambil keputusan pelaksanaan mubes ke-IV akan dilaksanakan di Kampus Unima pada tanggal 9-10 Desember 2010. Langkah kerja pun diambil, penggalangan dana dilakukan dan diusahakan, publikasi telah beredar, dan dana telah tercukupi. Namun ironisnya, muber ke-IV batal dilaksanakan.

Tidak ada kepastian dari pimpinan panitia pelaksana, bahkan ketika ketua Imaminsel menanyakan kepada ketua panitia, sangatlah putis, tidak ada jawaban yang rasional dari ketua panitia. Beberapa kali dihubungi, tidak dijawab. Dan ketika seorang anggota Imaminsel bertanya langsung kepada ketua panitia, dia hanya menjawab masalah dana saja. Tapi saya rasa dana panitia sudah mencukupi, bahkan melebihi dari kebutuhan.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan ketua pantia pelaksana? Ini merupakan pertanyaan yang menusuk dan menikam ketika muncul hal-hal yang tidak diinginkan oleh anggota Imaminsel. “kami tidak mau Imaminsel hancur kembali” kata beberapa anggota. Perjuangan kami jadi sia-sia ketika hanya masalah ini, persatuan kami terancam.

Perlu diketahui bahwa akibat dari tidak adanya kepastian dari ketua panitia, memberikan dampak buruk bagi pengurus periode 2009-2010 secara politik internal Imaminsel. Terjadi saling tuduh antara senior Imaminsel yang terkesan tidak membangun karakter. Bukan hanya itu, akibat dari ketidakpastian ini, terjadi kekecewaan besar anggota terhadap kepanitiaan yang dibentuk. Pasalnya ini sudah direncanakan dengan matang, ini sudah sah dan silahkan dilaksanakan mubes sesuai dengan tanggal yang ditetapkan. Sayangnya yang terjadi hanyalah wacana tutup mulut saja.

Bersama dengan ini juga saya sangat menyesali mengapa hal ini bisa terjadi setelah Imaminsel bersatu dan berjuang dengan baik. Mengapa ini terjadi ketika kemesraan antar anggota Imaminsel telah terjalin, juga nama baik yang sudah pulih bahkan telah tenar melebihi ketenaran organisasi besar lainnya di Minsel. Apa maksud dari semuanya ini? Kita berharap Imaminsel tidak lagi ditimpa masalah dan terancam hancur dan sulit untuk dipersatukan lagi.

Untuk itu saya sangat mendesak agar ketua panitia pelaksana musyawarah besar Imaminsel ke-IV agar segera memberikan keterangan lengkap secara resmi dalam suatu rapat anggota terbuka secepatnya. Dan segera melaksanaka tugas dengan bertanggung jawab. Ini semua untuk komitmen kita bersama yaitu “Cita Waya Esa” bukan “Cita Waya Esa Ona”.

Semoga kita tetap bersatu, bersatu, dan bersatu menuju kesejahteraan dan keadilan dalam membangun daerah Minahasa Selatan tercinta. Terlebih Negara kita tercinta Republik Indonesia.

Posting Komentar untuk "Cita Waya Esa (Ona)"