Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Training of Trainer dan Workshop Pendidikan Karakter Anti Korupsi Kerjasama Unima dan KPK

Saya dan teman-teman harus berbangga bisa ikut serta dalam Training of Traineer yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kegiatan yang dilaksanakan pada 26 dan 27 September 2012 ini bertempat di Kawanua Cottage Tomohon. 

Awalnya saya merasa ini hanyalah sebuah kegiatan penyuluhan biasa yang sudah beberapa kali saya ikuti, atau semacam seminar dan sejenisnya. Namun situasi yang berbeda terjadi diruang belajar itu, saya dan teman-teman ditantang untuk memainkan otak kiri dan otak kanan untuk dapat melatih pikiran agar lebih cerdas dalam menyelesaikan masalah, terlebih korupsi.

Hari pertama saya datang ke Kawanua Cottage sebelum pukul tujuh pagi karena saya sudah berjanji pada Deputi Pembantu Rektor III Unima Dr. Marnex Berhimpong, M.Kes untuk datang secepat mungkin. Dan itu saya buktikan dengan datang secepat mungkin sebelum pukul tujuh pagi dengan menumpang angkot dari Tondano, lalu menumpang ojek dari pertigaan Matani ke Kawanua Cottage. 

Saya berhasil tiba cepat walaupun mengantuk masih menyiksaku. Suasana pagi itu masih sepi, say melihat sudah ada beberapa teman yang sampai lebih dulu dari saya. Saya bergabung dengan mereka. Pagi itu ada sedikit cerita. Teman saya Novel Assa mengira kami berjumlah lima orang sehingga dia harus menyediakan lima buah kursi, padahal kami hanya berempat. 

Saya sentak kaget melihat Novel menghitung dua kali jumlah orang disekitarnya, tentu saja dia menghitung termasuk dirinya dan hanya empat orang. Novel bilang "Eh, kita kira torang ada lima orang?" (Saya kira kami ada lima orang). Saya cepat menanggapainya "Oh, ada yang iko-iko pa torang ini" (Oh, ada yang mengikuti kita). Pada saat itu saya teringat pada teman kami yang baru saja meninggal, Frangki Bokulu ketua BEM Fatek Unima. 

Karena biasanya kegiatan-kegiatan apa saja yang dilaksanakan Universitas, almarhum pasti ikut serta dengan teman-temannya dari Fakultas Teknik. Pagi itu, selain saya dan Novel, juga ada Ketua BEM FIK Medianto dan Sekretarisnya Stembri. Dan pada hari itu juga sebagian besar ketua BEM Fakultas hadir. Saya terkenang lagi dengan almarhum karena beliau giat dengan kegiatan dan selalu mendukung kegiatan yang positif.

Sembari bercerita, tiba-tiba ada mobil yang masuk parkiran, saya lupa jenis mobilnya tapi warnanya saya ingat yaitu silver. Mobil itu parkir tepat di samping pintu aula Kawanua. Beberapa orang lantas keluar mobil dengan mengambil barang-barang bawaan dari bagasi belakang dan kursi tengah mobil. Jumlah mereka empat orang, tiga lelaki dan satu perempuan. Mereka masuk satu per satu ke aula dan langsung menyapa kami, berjabatan tangan dengan kami sambil berkenalan. Dan mereka itulah yang menjadi pelatih kami dalam kegiatan ini.

Sambil menunggu persiapan para instruktur, saya menjemput Ervina di depan Cottage. Maklum, yang satu ini orang spesial dan perlu sambutan khusus dipagi hari. Setelah Ervina datang, saya langsung mengajaknya masuk ke aula dan bersama dengan teman-teman lain untuk berdiskusi. 

Setelah beberapa menit para instruktur mempersiapkan ruang belajar, kami menunggu teman-teman lain yang belum datang. Di belakang aula tampak beberapa dosen program studi Ilmu Hukum yang mempersiapkan konsumsi, Oh ya, saya lupa bilang kalau kegiatan ini ditangani oleh program studi Ilmu Hukum atas program dari Unima. Jadi program studi ilmu Hukum mendapat kehormatan dari Unima untuk menangani kegaitan ini. Setelah sebagian besar peserta sudah tiba, kami segera mengambil tempat duduk karena kegiatan akan dimulai.


Selayaknya kegiatan kenegaraan, maka begitu juga kegiatan TOT ini melaksanakan ritual kenegaraan dalam pembukaan kegiatan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah pembukaan kegiatan, langsung dipaparkan materi pendidikan karakter anti korupsi oleh Ketua Senat Universitas Negeri Manado Prof. S. Pasandaran yang membawakan sebuah wawasan menarik terkait pendidikan karakter anti korupsi. 

Setelah selesai pemaparan materi, Profesor dibidang pendidikan pancasila dan kewarganegaraan ini segera menyatakan diri bersedia menerima pertanyaan dari mahasiswa juga aspirasi mahasiswa untuk dijawab dan dimasukan kedalam catatan aspirasinya. Saya berinisiatif menjadi penanya pertama. Ketika itu saya langsung minta konfirmasi dari Prof. Pasandaran terkait pungutan liar yang terjadi yaitu pungutan pengurusan Epsbed dan pungutan untuk ujian seminar, pra-kualifikasi, sampai ujian komperhensif.

Kemudian teman-teman lain termotivasi juga untuk menyampaikan aspirasi dan pertanyaan mereka yang sebenarnya merupakan sambungan dari pertanyaan dan aspirasi yang saya sampaikan. Teman-teman saya ada yang memberikan pertanyaan dan aspirasi layaknya lagi demo di depan gedung rektorat, ada juga yang gayanya seperti lagi hearing dengan DPRD. Segala pertanyaan dan masukan serta aspirasi itu kemudian ditampung dan dijawab oleh Prof. Pasandaran. Karena waktu yang membatasi, akhirnya Prof meminta agar waktu istirahat bisa berdiskusi dengan kami yang rindu perubahan di kampus Unima.

Suatu kesempatan yang baik dan jarang sekali ditemukan. Kami bisa mendapatkan ilmu dan bisa menyampaikan aspirasi, dan tidak kalah pentingnya juga kami dapat konsumsi gratis, maklum jika sebagian besar peserta adalah anak kos. Kami tidak mau sia-siakan kesempatan ini, waktu-waktu istirahat pun kami manfaatkan untuk berdiskusi masalah korupsi, pungutan liar, dan berbagai masalah di kampus Unima. Sampai kemudian kami kembali ke ruang belajar untuk menerima penggodokan.

Suasana sangat cair dan bersahaja. Siang itu kami ditunjukan cara belajar agar tidak ngaktuk dan tidak malas. Cara belajar yang memainkan otak kiri dan kanan, memadukan daya nalar dan daya kreasi. Itu suatu yang luar biasa. Sebenarnya saya menangkap bahwa tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk membuat kita mampu menghasilkan sesuatu yang kita pikirkan dan impikan.

Hari pertama kegaitan ini kami dilatih untuk menjadi manusia yang berintegritas. Dengan salam integritas yang selalu diulang-ulang "Berpikir cerdas, berhati jujur, bersikap tegas" kami disugesti untuk menjadikan karakter integritas yang mampu merubah bangsa ini. Sikap anti korupsi ternyata dibangun dari karakter yang berintegritas, kritis dan kreatif, serta berani menyatakan kesalahan, terbuka dari kritikan, akuntabel, dan transparan.

Pendidikan karakter itu dibangun dalam otak dan hati kami melalui permainan-permainan yang menguji integritas kami. Metode belajar yang sangat aktif dan kreatif. Intinya bukan bagaimana cara memerangi korupsi yang penting dibahas, tapi bagaimana membentuk karakter dan jiwa anti korupsi. Karena dengan terbentuknya karakter anti korupsi, maka kita sudah berperang melawan korupsi.

Materi demi materi kami pelajari, permainan demi permainan kami taklukan, tantangan demi tantangan kami selesaikan. Setelah dua hari kami belajar dan berinteraksi bersama. Para instruktur memberikan pelatihan yang atraktif bagi kami sehingga kami diajarkan ilmu yang tidak kami dapatkan di ruang kuliah atau di tempat lain.

Setelah kegiatan selesai, kami bergegas pulang. Karakter anti korupsi dan integritas yang ditanamkan selama kegiatan ini diharapkan tetap tumbuh dan membuahkan hasil demi perubahan dan perbaikan kampus Unima. Saya sangat rindu jika kita bisa mempraktekan ilmu yang sudah diterima itu. Saya berharap teman-teman lain bersikap berani dalam memerangi korupsi dan tidak takut terhadap ancaman, karena ancaman itu bisa kita lawan bersama.

Saya berterima kasih kepada KPK, Senat Unima, Pembantu Rektor III, Kaprodi Ilmu Hukum, dan semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ini. Semoga kami para peserta mampu menerapkan ilmu yang diberikan. Satu pesan saya, bersihkan Unima dari oknum-oknum yang merusak Unima dan korupsi serta merusak karakter mahasiswa melalui sistem yang kotor dengan korupsi.

Viva Unima.

Posting Komentar untuk "Training of Trainer dan Workshop Pendidikan Karakter Anti Korupsi Kerjasama Unima dan KPK"