Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

About Me

Awalnya saya sangat benci dengan yang namanya “Pelayanan Mahasiswa Kristen” saat masuk Fakultas Ilmu Sosial UNIMA. Pada semester awal saya terlibat dengan gerakan mahasiswa yang cenderung progresif dan revolusioner atau lebih dikenal dengan istilah “kaum kiri” cukup lama, kira-kira setelah Probinas selesai bulan September 2007 sampai pada bulan April 2008.

Selama bulan September 2007, saya ikut beberapa aksi demonstrasi di dalam maupun di luar kampus, terutama untuk menentang praktek pungutan liar. Pada Oktober 2007, saya sempat diajak oleh rekan dekat saya Senas Noya untuk terlibat dalam kegiatan Bible Meeting UPK-MK FIS karena saya sudah mendaftarkan diri lebih dulu. Dan akhirnya saya batal ikut kegiatan itu karena bertepatan dengan hari ulang tahun saya yang ke-17.

Dia juga mengajak saya untuk terlibat dalam organisasi UPK-MK FIS bersama melayani Tuhan, tapi sayangnya dia tidak tahu kalau saya seorang yang terlalu apatis untuk itu. Saya sempat bergabung dengan UPK-MK FIS walaupun tidak begitu lama. Saya gemar belajar filsafat dan sejarah, karena itu saya sering disebut orang aneh.

Saya mempelajari semua organisasi internal maupun eksternal kampus dan saya lebih memilih untuk bergerak dibarisan kosong antara blok-blok itu. Saya mengenal cara kerja dan apa yang mereka cita-citakan, dan terlebih yaitu apa yang mereka pelajari dan pahami. Saya tidak menemukan titik temu dari organisasi-organisasi ini, yang saya temukan adalah kader-kader yang disetir total oleh pimpinan mereka untuk bertindak. Sehingga saya katakan bahwa organisasi kemahasiswaan apapun, jika anggotanya tidak memahami esensi organisasi, maka dia terkurung dalam realita dan fenomena hasil rekaan pimpinan mereka, karena mereka tidak mengerti dengan baik isi hati dan isi otak pimpinan mereka, kecuali mereka yang dekat dengan pimpinan. saya akhirnya diajak oleh kawan dekat saya Alfa Rombon untuk bersama terlibat dalam perintisan UPK-MK FEKON pada April 2008. Dan saya menilai, bahwa saya jauh dari kriteria seorang pengikut Kristus, apalagi menjadi seorang yang nantinya memimpin organisasi ini.

Saya kemudian diperkenalkan dengan seorang reformis yang sangat dibenci oleh aktifis mahasiswa Kristen waktu itu, Jantje Sandag. Dia adu pikiran dengan saya, debat, diskusi, dan kadang-kadang saya menggunakan argumentasi filosofis untuk mematahkan kalimat-kalimatnya. Tetapi dia sudah mengetahui latar pemikiran saya. Bagaimana tidak, dia sudah melanglang-buana di kampus-kampus besar di Indonesia dan pernah menjadi Pembina pribadi Ketua GMKI Pusat dan pernah menjadi staf LPMI Jakarta.

Dia menguasai filsafat jauh lebih dalam dari saya, dia juga sangat ketat dengat teologi sehingga dia tahu hal-hal teologis yang sudah dicemari filsafat zaman yang sudah merambat hebat dalam Kekristenan dan merusak Kekristenan dari dalam. Hal itulah yang menjadi alasannya untuk membawa saya kembali pada Kristus. Dan saya memutuskan untuk bertobat dan menerima Kristus serta belajar ketat teologi yang benar. Saya hampir meniggalkan dunia pemikiran filsafat, akan tetapi saya dicerahkan olehnya bagaimana belajar filsafat Kristen yang mau taat dan tunduk pada kebenaran Alkitab. Dari hal ini saya dibangunkan dari kematian rasio, bahwa kebenaran tertinggi yang dicari-cari oleh manusia hanyalah Kristus yang adalah Allah.

Proses pun dimulai dari awal. Saya yang buta teologi, dicerahkan dengan teologi yang benar dan saya meniggalkan pemahaman yang salah yang sudah saya pegang sejak lama (saya belajar filsafat sejak SMP). Dan menantang para penganut ateisme agar bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia. Saya memperdalam teologi dengan rajin membaca buku-buku dari beberapa penerbit seperti Momentum, SAAT Literature, BPK Gunung Mulia, YKBK/OMF, PPA. Dan saya dibekali dengan pembelajaran secara audio visual dengan khotbat-khotbah dengan tema-tema yang urgent dan esensial dengan Kekristenan seperti khotbah dari Pdt. Dr. Stephen Tong dan Pdt. Joshua Lie. Saya juga ikut seminar-seminar yang sangat berguna bagi bekal teologis saya dan teman-teman. Demikian saya mulai berakar dalam Firman dan merasakan bahwa setiap manusia tebusan Kristus wajib memegang ajaran teologi yang benar.

Saya memutuskan untuk mempelajari dan memegang ajaran Kristen dalam teologi reformed dengan semangat injili. Saya tidak memilih teologi reformed karena saya seorang warga GMIM, tidak. Saya pada waktu itu lebih condong ke denominasi karismatik dan saya adalah pengagum berat Beni Hin. Saya meniggalkan gerakan karismatik karena sudah meninggalkan ajaran Alkitab sejauh mungkin. Lagu-lagunya dinilai sebagai lagu pemberontakan oleh teman saya yang justru seorang Kristen KTP.

Penyembahannya setelah saya pelajari, mengandung banyak unsur pembiusan diri dan sebagai pelampiasan emosional yang liar. Serta konsep teologis yang sudah jauh sejauh mungkin dari ajaran Alkitab. Meskipun begitu, saya sangat mengasihi para penganut gerakan karismatik, karena mereka seperti saya dulu, belum tahu apa-apa tentang yang sedang mereka lakukan. Saya sangat prihatin kepada mereka. Terkadang saya ingin meneteskan air mata jika melihat mereka dengan penuh semangat menyembah Tuhan dengan cara yang salah.

Padahal jika mereka berada pada posisi yang sama dengan saya, saya yakin mereka akan lebih giat dari saya, lebih bersemangat dari saya, dan saya yakin apabila kaum dari gerakan karismatik bisa melihat ajaran yang benar dari Alkitab mereka akan jauh melebihi orang-orang yang telahir sejak semula di kalangan berteologi yang benar tetapi malas mengabarkan Injil.

Kata “Reformed” bukanlah satu denominasi. Kata ini menunjukan rekonstruksi ajaran-ajaran Kristen yang sudah rusak dan ditata kembali sesuai dengan ajaran semula. Makanya kata ini berbentuk kata kerja kedua dalam bahasa inggris dengan menggunakan akhiran –ed yang artinya sesuatu yang sudah lampau. Dari segi etimologis, kata “reformed” terdiri dari dua kata yaitu “re” yang artinya kembali dan “formed” yang artinya bentuk yang lampau. Jadi reformed dapat diartikan membentuk kembali sesuai dengan bentuk yang lama. Bentuk yang lama inilah ajaran Kristen yang asli dan perlu ditegakkan pada zaman ini karena Kristen sudah kehilangan identitas.

Dan inilah teologi interdenominasi yang sebenarnya, sebagaimana teologi ini sudah dipegang oleh teolog-teolog dan penginjil-penginjil besar di dunia seperti Abraham Kuyper (Calvinis), Philip Melancton (Lutheran), George Whitefild (salah satu pendiri Methodis), Billy Graham (Injili), John Piper (Baptist), John Stott dan James I. Packer (Anglikan). Tapi sayang sekali para pengikut denominasi-denominasi di atas sudah mengabaikan orang-orang besar di atas, padahal mereka inilah yang membuat denominasi mereka untuk kembali kepada ajaran yang benar. Karena orang Kristen sekarang tidak mau belajar sejarah.

Posting Komentar untuk "About Me"