Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Haruskah Kristen Merayakan Hari Valentine?

Bukan hal yang baru untuk memperdebatkan perayaan hari valentine dalam institusi agama Kristen. Perayaan hari yang disebut hari kasih sayang ini terus membawa polemik dan gejolak, bukan hanya dalam institusi agama Kristen saja, tapi diberbagai kebudayaan dan agama lain.

Kajian historiknya sudah banyak bertebaran di mana-mana, bahkan kita bisa dengan mudah mendapatkannya di dunia maya. Pendapat-pendapat para ahli sejarah, pemuka agama, sampai pada pendapat orang biasa.

Oleh karena itu, dalam tulisan hanya akan membahas tentang layak atau tidaknya hari valentine dirayakan oleh orang-orang Kristen, khususnya dalam lungkup Protestan. Sebab jika membahasnya dalam lingkup Kristen yang lebih luas, rasanya kaum Katolik sudah lebih banyak memberi andil dalam hal ini.

Dimulai dengan semangat reformasi gereja yang ingin mengembalikan tataran doktrinal kekristenan pada pokok-pokok iman Kristen yang bersifat rasuli. Artinya, semangat reformasi gereja adalah untuk membentuk kembali (reformed) iman, doktrin, dan gaya hidup jemaat Kristen kepada semangat jemaat mula-mula.

Hal itu juga termasuk tradisi jemaat Kristen mula-mula yang bersifat persekutuan komunal dan misioner. Dalam tulisan-tulisan para Rasul Kristus dalam Alkitab memang tidak dijelaskan secara khusus tentang perayaan-perayaan hari tertentu. Hanya saja ada tradisi perayaan khusus yang sebenarnya bukan bersifat perayaan tapi peringatan.

Contohnya perjamuan kudus untuk memperingati pengorbanan Yesus Kristus dalam karya keselamatan. Hal itu menjadi perintah langsung Yesus Kristus saat Dia masih hidup sehingga dalam gereja Protestan perjamuan kudus bukan sekedar tradisi, tapi sebagai sakramen. Yang artinya adalah suatu hal yang harus dilakukan setiap orang Kristen untuk ambil bagian dalam persekutuan dengan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Sebelum seseorang berhak dalam meja perjamuan kudus, ada satu sakramen yang harus diterima oleh orang Kristen yaitu baptisan. Ini menandakan bahwa seseorang sudah dinyatakan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan bersedia untuk mengambil bagian dalam persekutuan bersama dengan umat Kristen lainnya dalam Yesus Kristus. Baptisan juga sebagai tanda bahwa seseorang keluar dari hidup lama menuju hidup baru dalam Yesus Kristus.

Dalam jemaat mula-mula, tidak ditemukan tradisi-tradisi lain seperti merayakan atau memperingati hari-hati tertentu. Itu juga termasuk hari natal yang tradisinya berkembang pada abad pertengahan. Maka bisa disimpulkan bahwa seperti juga hari natal, hari valentine ini tidak wajib dirayakan oleh orang Kristen.

Tapi mengapa hari natal kemudian dalam perjalanannya menjadi hari perayaan yang penting? Ada banyak pendapat para teolog mengenai itu. Selain latar belakang sejarahnya yang mirip dengan hari valentine (untuk menyaingi hari raya kaum Pagan), hari natal juga distigmaisasi untuk menyambut kelahiran Yesus Kristus.

Perdebatan tentang perayaan hari natal kini sudah usai. Seluruh ahli-ahli teologi dan pimpinan gereja-gereja sepakat untuk mempertahankan perayaan ini. Dengan catatan bahwa hari natal untuk memperingati kedatangan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan untuk kembali menekankan bahwa Yesus Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah untuk umat manusia sebagaimana yang sudah dinubuatkan para nabi dari berbagai jaman.

Hari natal juga sebagai perayaan sukacita orang Kristen dan syukur iman atas anugerah Allah bagi manusia berdosa. Dengan meninggalkan motif perayaan natal untuk menyaingi hari raya Pagan, maka hari natal bisa diterima sebagai hari besar umat Kristen sedunia. Persoalan kapan natal itu dirayakan tidak dipermasalahkan, asalkan tidak mengikis iman dan tetap mengutamakan Yesus Kristus dalam setiap pemaknaannya.

Namun bagaimana dengan hari kasih sayang atau hari valentine? ini bisa jadi berbeda ceritanya dengan hari natal. Dalam sejarahnya, umat Kristen pernah menjadikan hari valentine sebagai hari raya gereja. Setelah terjadinya reformasi gereja yang berlangsung dari tahun 1517 sampai tahun 1648, umat Protestan berhenti merayakan hari valentine (meski tidak disemua kelompok jemaat). Sedangkan umat Katolik merayakan hari valentine sampai pada tahun 1969. Sejak 1969 itulah hari valentine tidak lagi menjadi hari perayaan gereja secara resmi.

Dalam perkembangannya sampai saat ini, gereja-gereja Protestan tidak pernah menganggap bahwa hari valentine adalah hari raya gereja. Namun sebagai bentuk pengajaran kepada jemaat berusia muda, maka dibeberapa organisasi gereja mengizinkan perayaan hari valentine khusus kaum muda sebagai sarana untuk membentuk iman pemuda Kristen yang memaknai kasih sebagai hal utama dalam menjalani kehidupan Kristen.

Hal ini juga dilakukan untuk menjauhkan pemuda Kristen dari pergaulan yang buruk dan pengaruh buruk lainnya. Dalam perayaan hari valentine oleh pemuda-pemuda Kristen, bentuknya tetap seperti ibadah rutin yang disajikan dengan tema "Cinta Kasih Allah" dan dikemas sedemikian rupa agar bisa membentuk karakter pemuda Kristen yang bisa membawa cinta kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Dari pertimbangan tersebut, maka gereja-gereja Protestan yang mengizinkan perayaan hari valentine sepakat untuk tidak menggunakan kata "valentine" dalam peribadatan. Tapi menggunakan istilah "Hari Kasih Sayang" yang lebih bersifat universal dan bisa diterima berbagai kalangan. Itu disebabkan karena penggunaan kata "valentine" selalu merujuk pada tradisi masa lampau yang penuh polemik dan tidak jelas maksud perayaannya.

Dari pemaparan itu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa hari valentine itu tidak harus dan tidak wajib dirayakan oleh umat Kristen, khususnya Protestan. Kalaupun ada organisasi gereja yang merayakannya, itu bukan sebagai hari raya gereja. Tapi sebagai wadah pendidikan iman Kristen bagi orang muda.

Karena lebih baik bagi umat Kristen untuk memaknai hari valentine sebagai hari untuk menyebarkan cinta kasih Allah. Daripada membiarkan orang-orang muda Kristen turut terjerumus dalam pergaulan yang bisa mengikis iman dan merusak pola pikir serta merusak masa muda.

Soli Deo Gloria
Leon Manua
Leon Manua Mata yang tak pernah kau tatap secara nyata

Posting Komentar untuk "Haruskah Kristen Merayakan Hari Valentine? "