Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Konsep Manusia Merdeka dalam Kristen (Part 2)

Konsep Manusia Merdeka dalam Kristen (Part 2) - Leonade.XYZ

Pada artikel sebelumnya sudah disinggung sedikit mengenai keberadaan free will dan curiosity pada manusia sebagai ciptaan Allan menurut gambar dan rupa-Nya. Kedua hal ini menjadikan manusia unik dari makhluk ciptaan lain. Free will melandasi keinginan manusia untuk merdeka dan curiosity melandasi kebutuhan manusia terhadap pengetahuan dan kebijaksanaan.

Kehendak Bebas (Free Will)

Menurut pendapat banyak teolog, free will adalah salah satu dari gambar dan rupa Allah dalam manusia. Dalam kondisi ini, manusia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan yang akan dijalankan dalam hidupnya. Free will juga menjadi pembasahan menarik dalam lingkup filsafat, sehingga melahirkan teori-teori seperti liberalisme dan determinisme.

Dalam konteks ini akan berfokus pada free will dalam lingkup teologi kristen. Ini adalah bahan perenungan panjang dari masa ke masa oleh para teolog yang ingin memberikan tafsiran yang tepat untuk kehendak bebas manusia. Juga dalam mencari kaitan free will dengan hal-hal lain dalam esensi manusia itu sendiri.

Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan yang akan dijalankannya, apapun yang dilakukan manusia pasti berdasarkan keputusan. Pengambilan keputusan manusia ini selalu disebabkan oleh terjadinya pilihan. Tentu banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan itu, banyak juga resiko yang harus dihadapi ketika telah menentukan pilihan.

Seorang teolog, Bapa gereja Agustinus dari Hippo (St. Agustinus dalam Katolik) sudah banyak memberikan penafisrannya mengenai free will. Hal itu dituangkan Agustinus dalam bukunya berjudul "City of God" dan kita bisa mempelajarinya dari banyak buku teologi dari kalangan katolik protestan.

Secara umum, Agustinus menyampaikan bahwa kehendak bebas manusia harus diikuti oleh anugerah Tuhan sebagai Pencipta. Manusia tidak bisa melakukan pilihan yang benar ketika mendapatkan anugerah Tuhan dan pasti memilih yang jahat jika mengabaikan anugerah Tuhan. Intinya, Agustinus berpendapat bahwa diluar Tuhan, manusia pasti akan bebas tapi cenderung liar.

Meski mendapat banyak sanggahan, penddapat Agustinus ini banyak juga mendapat dukungan dari teolog-teolog lain. Dukungan terhadap pandangan Agustinus ini yang paling berpengaruh adalah dari John Calvin yang merumuskan teologi kristen protestan dalam buku "Institutio".

Calvin memang menyetujui pandangan Agustinus tentang free will dan memberikan dukungan yang kuat melalui argumen-argumen. Calvin berpendapat bahwa perlunya campur tangan Tuhan dalam free will manusia. Pandangan ini sering disebut sebagai supremasi Allah dalam kehidupan manusia.

Pola teologi Calvin memang lebih mementingkan supremasi Allah, dimana Allah selalu menjadi inisiator dan penentu dalam kehidupan manusia dan alam semesta. Jika Agustinus mengatakan bahwa manusia cenderung jahat diluar anugerah Allah, maka Calvin memperkuat dengan mengatakan bahwa manusia bukan siapa-siapa dan tidak bisa berbuat apa-apa diluar Allah.

Menjadi pertanyaan besar yaitu, mengapa masih disebut kehendak bebas ketika masih tergantung kepada yang lain? Jika manusia harus bergantung pada Allah, berarti manusia tidak memiliki free will? Ini menjadi menarik karena perdebatannya masih terus berlangsung dalam kalangan teolog.

Namun ada pelajaran yang unik dalam Alkitab tentang bagaimana free will manusia itu sebenarnya bersifat ketergantungan terhadap kehendak Allah. Mulai dari kejatuhan manusia dalam dosa yang dianggap sebagai kegagalan free will pada manusia, hingga pada anggapan bahwa Allah gagal menciptakan manusia dengan free will-nya.

Inilah yang justru membuat manusia itu unik dan menjadi ciptaan Allah yang paling sempurna. Sebab sebagai ciptaan yang sempurna, manusia bukan hanya bisa salah, tapi juga bisa memperbaiki kesalahan dari kesalahan pengambilan keputusannya.

Ini konsisten dengan supremasi Allah dalam teologi Calvin. Allah memiliki kehendak untuk memberikan kebebasan kepada manusia. Allah juga memiliki kehendak untuk memperbaiki kesalahan manusia yang dilakukan akibat pengambilan keputusan yang salah oleh manusia. Mengapa Allah memiliki kehendak untuk memperbaiki kesalahan manusia? Karena Allah yang menciptakan manusia.

Sebagai ciptaan Allah, manusia sebenarnya diciptakan untuk bergantung penuh kepada Allah. Adanya kehendak bebas itu adalah salah satu anugerah Allah bagi manusia agar manusia menjadi merdeka tanpa keluar dari kehendak Allah. Meskipun manusia jatuh dalam dosa, kehendak Allah selalu ingin mengembalikan kehendak bebas manusia seperti seharusnya.

Dalam hal ini, manusia tidak punya pilihan lain untuk keluar dari dosa selain kembali kepada kehendak Allah. Manusia juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk kembali kepada kehendak Allah selain Allah sendiri yang melakukannya. Ini adalah supremasi Allah dalam kehidupan manusia, tentang pemikiran ini banyak berkembang dikalangan kristen protestan.

Bersambung...
Leon Manua
Leon Manua Mata yang tak pernah kau tatap secara nyata

Posting Komentar untuk "Konsep Manusia Merdeka dalam Kristen (Part 2)"